MASYARAKAT DESA
Kejadian pasal 4 menunjukkan bahwa, manusia berhasil mengembangkan hidup dan kehidupan serta kebudayaan. Mereka juga berhasil mengembangkan pertanian dan peternakan; perlengkapan tembaga dan besi; hidup mengembara atau nomade; membangun masyarakat atau komunitas desa, termasuk komunitas pertama di dan dalam kota [harfiah, desa] agar bersosialisasi, membangun, mengembangkan hidup dan kehidupan. Jadi, jelas bahwa nenek moyang kita memulai kehidupan di tempat terpencil, mungkin lebih sederhana serta terbatas dari desa yang dikenal sekarang.
Ketika Yesus berada di tengah hidup dan kehidupan manusia, Ia akrab dengan pedesaan. Ia bertumbuh dewasa di Nazareth. Hampir semua pengajaran-Nya digali dari pengalaman hidup-Nya di desa, lihat Matius 5, 6, 7, 13. Ajaran Yesus tentang kasih TUHAN Allah kepada seluruh dunia, Yohanes 3:16, juga termasuk alam, sungai, gunung, serta segala sesuatu yang ada di pedesaan.
Desa adalah sekelompok dan kesatuan rumah atau kampung di luar kota; disebut juga masyarakat kecil yang anggota-anggotanya hidup bersama di suatu lokasi tertentu, terikat dalam kesatuan komunitas, meliputi norma, budaya, sistem nilai, yang ditaati bersama. Pada umumnya Masyarakat desa memiliki sejumlah karakteristik terkait dengan etika dan budaya, dan bersifat umum. Hal tersebut, antara lain sederhana karena secara ekonomi [relatif] tidak mampu serta pada umumnya tidak senang menyombongkan diri; mudah curiga, secara umum, menaruh curiga pada hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya; serta seseorang atau sekelompok yang menurut komunitas mereka yang dianggap asing; menjunjung tinggi budaya dan kesopanan; penuh kekeluargaan; berbicara apa adanya; jika diberi janji, akan selalu diingat; religius, dalam kesehariannya, mereka taat menjalankan ibadah secara kolektif serta mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan; dan lain-lain. Dari kesaksian Alkitab, ada beberapa catatan penting mengenai kehidupan desa secara umum, yaitu :
- Hasil Ciptaan TUHAN Allah. Masyarakat desa serta semua aspek yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan di dalamnya diciptakan oleh TUHAN Allah. Dalam diri manusia ada citra TUHAN Allah, dan ini berarti hal tersebut untuk semua manusia, di kota dan desa. Di hadapan TUHAN Allah mereka [masyarakat desa] adalah sesama manusia yang sama dan sederajat.
- Mengembangkan Kualitas Hidup Dan Kehidupannya. Masyarakat desa juga merupakan sesama manusia yang telah kehilangan kemuliaan TUHAN Allah. Tetapi Ia tetap mengasihi dan memberi kemampuan kepada manusia agar berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya. Sehingga walaupun masyarakat desa [pada umumnya] mempunyai pendidikan formal terbatas, tetapi mereka mempunyai etos kerja yang cukup tinggi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
- Hidup Menyatu Dengan Alam. Pada umumnya masyarakat di pedesaan berada pada lingkungan alam yang belum tercemar polusi seperti di wilayah perkotaan. Hal tersebut muncul karena pola hubungan masyarakat desa dengan alam, yaitu menyatu dengan alam. Hidup yang menyatu dengan alam ini menjadikan
-
- alam harus ditakuti, hal ini menjadikan ada semacam peraturan tidak tertulis yang melarangan memasuki serta bertindak yang negatif di lokasi tertentu, misalnya daerah keramat ataupun suci. Jka “peraturan” itu dilanggar maka akan terjadi malapeka bagi seluruh isi desa
- manusia harus berusaha sebaik mungkin agar yang memiliki alam tidak mencurahkan murkanya kepada mereka karena akan berakibat fatal bagi hidup dan kehidupan
- menjaga keselarasan dengan alam, karena hidup dan kehidupan manusia tergantung sepenuhnya pada kebaikan dan kemurahan alam. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia ia harus berusaha agar tidak merusak lingkungan alam sekitarnya
-
- Ikatan Kekerabatan Yang Erat. Salah satu akibat pola hidup dan kehidupan yang menyatu dengan alam, tercermin juga dalam hubungan kekerabatan. Keluarga tidak terbatas pada ayah-ibu-anak, tetapi menyangkut semua yang masih mempunyai hubungan darah. Dengan demikian hubungan keluarga menjadi lebih luas dan besar dan sangat memperhatikan [bahkan menghafal] silsilah atau asal-usul dirinya atau kerabatnya. Hubungan ini menjadikan mereka tinggal pada lokasi yang berdekatan satu sama lain.
- Mempraktekkan Bentuk-Bentuk Konkrit Dari Agape. Pada umumnya [dalam beberapa aspek tertentu] sejak masa lalu situasi dan kondisi desa tidak begitu berubah. Kebanyakan masyarakat desa [di Indonesia Bagian Barat] tidak mengerti makna Kasih [Agape-Storge-Philia-Eros] menurut Alkitab, karena mayoritas beragama Islam. Tetapi justru mereka melaksanakan bentuk-bentuk kongkrit dari Kasih [storge-philia-eros] terutama Agape. Masyarakat kota [kita] mungkin harus belajar dari mereka yang ada di desa tentang bentuk-bentuk konkrit dari Agape, seperti yang terkandung dalam 1 Korintus 13:1-13. Pada umumnya bentuk-bentuk konkrit dari Agape yang dilakukan masyarakat desa, antara lain, murah hati, suka menolong sesamanya dan gotong royong dalam menanggung beban sesama, tidak mementingkan diri sendiri, memperhatikan kedamaian dan berusaha untuk kesejahteraan masyarakat sekitar; tidak memegahkan diri tapi rendah hati, tidak melakukan yang tidak sopan pada sesama; berusaha sedapat mungkin agar menyelesaikan persoalan antar sesamanya melalui musyawarah dan mufakat; hidup penuh dengan ucapan syukur [bahkan cenderung menerima apa adanya] karena semua pemberian Ilahi adalah baik, serta tidak boleh menolak garis hidup yang telah ditentukan Yang Maha Kuasa.
Sejumlah karakteristisk sosio-kultural-politik-ekonomi-etika-moral-dan teologis masyarakat desa [seperti diungkapkan di atas] tersebut, selayaknya mendapat perhatian orang-orang kota [penguasa, pengusaha, pendidik, kaum terdidik, dan seterusnya] dalam rangka meningkatkan tarah hidup dan kehiduapan mereka. Upaya untuk mencapai hal tersebut, bukan sekedar dengan atau melalu slogan pemberdayaan masyarakat desa;yang dalam prakteknya adalah memperdaya serta menipu masyarakat desa karena keluguan serta ketulusan mereka.
Secara khusus, di Indonesia, masyarakat desa merupakan kekuatan komunitas yang bisa diandalkan. Namun, sayangnya kekuatan itu hanya difungsikan sebagai sejumlah suara dukungan politik pada pemilihan anggota parlemen, kepala daerah maupun presiden; serta sebagai konsumen produk industri di perkotaan.
Pemberdayaan masyarakat desa dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan terutama mereka yang disebut umat beragama. Dan yang paling utama dalam kerangka itu adalah upaya pendidikan. Di dalamnya menyangkut perbaikkan dan peningkatkan sarana dan prasarana sekolah dari jejang rendah sampai menengah; dan memperkenalkan pola pengelolaan pertanian dan peternakan yang berbasis teknologi tinggi dan tepat guna.